Anak adopsi adalah anak yang diasuh dan dibesarkan oleh orang tua yang bukan orang tua kandungnya. Pengangkatan anak atau adopsi adalah proses pengalihan hak asuh suatu anak dari orang tua kandung atau wali yang memiliki hak asuh kepada orang lain yang akan menjadi orang tua ganti bagi si anak.
Anak adopsi memiliki status hukum yang sama dengan anak kandung, yaitu berhak atas pengasuhan, pendidikan, dan perlindungan dari orang tua angkatnya. Namun, anak adopsi tidak memiliki hubungan nasab (keturunan) dengan orang tua angkatnya.
Pengangkatan anak diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Tata cara pengangkatan anak diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2013 tentang Pengangkatan Anak.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua angkat untuk mengadopsi anak, yaitu:
* Berstatus sebagai pasangan suami istri atau seorang perempuan yang belum menikah
* Memiliki usia minimal 25 tahun
* Memiliki penghasilan yang cukup untuk menghidupi anak
* Memiliki kesehatan yang baik
* Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
Pengangkatan anak memiliki beberapa manfaat, antara lain:
* Memberikan kesempatan bagi anak untuk mendapatkan pengasuhan dan perlindungan dari orang tua
* Membantu pasangan suami istri yang tidak dapat memiliki anak kandung
* Melestarikan generasi bangsa
Pengangkatan anak juga memiliki beberapa tantangan, antara lain:
* Proses adopsi yang panjang dan rumit
* Stigma negatif dari masyarakat
* Tantangan dalam membangun hubungan antara anak angkat dan orang tua angkat
Anak adopsi adalah anak yang memiliki status hukum yang sama dengan anak kandung, yaitu berhak atas pengasuhan, pendidikan, dan perlindungan dari orang tua angkatnya. Namun, anak adopsi tidak memiliki hubungan nasab (keturunan) dengan orang tua angkatnya. Pengangkatan anak diatur dalam peraturan perundang-undangan dan memiliki beberapa manfaat dan tantangan.
