Berikut adalah kriteria yatim pasif:
Berikut adalah kewajiban terhadap yatim pasif:
Yatim pasif berbeda dengan yatim aktif. Yatim aktif adalah seorang anak yang belum baligh yang ditinggal wafat oleh kedua orang tuanya. Sedangkan yatim pasif adalah seorang anak yang belum baligh yang ditinggal wafat oleh ayahnya, namun masih memiliki ibu yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kriteria yatim pasif adalah sebagai berikut:
Menurut hadis Nabi Muhammad SAW, batas usia baligh adalah mimpi basah. Jika seorang anak belum mengalami mimpi basah, maka ia masih dianggap sebagai anak yang belum baligh.
Kematian ayah merupakan salah satu kriteria yatim pasif. Jika seorang anak ditinggal wafat oleh ayahnya, maka ia akan menyandang status yatim.
Jika seorang anak yang ditinggal wafat oleh ayahnya masih memiliki ibu yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan menyandang status yatim pasif.
Sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban untuk menyantuni yatim, termasuk yatim pasif. Kewajiban tersebut antara lain:
Yatim pasif berhak untuk mendapatkan nafkah dan pendidikan yang layak. Kita dapat menanggung nafkah yatim pasif dengan memberikan uang, makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Kita juga dapat membantunya untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Kita juga memiliki kewajiban untuk mendidik yatim pasif dengan baik. Pendidikan yang baik akan membantu yatim pasif untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kita juga memiliki kewajiban untuk melindungi yatim pasif dari bahaya. Bahaya tersebut dapat berupa bahaya fisik, psikis, maupun sosial.
Yatim pasif harus diperlakukan dengan baik dan mulia. Kita harus menghormatinya dan tidak membeda-bedakan dengan anak-anak lain.
Yatim pasif adalah anak-anak yang membutuhkan perhatian dan bantuan dari kita. Dengan menyantuni yatim pasif, kita dapat membantu mereka untuk tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, dan bermanfaat bagi masyarakat.
